Email Hosting

Buletin Jumat Rumah Qur'an Mas'ud Silalahi : Covid 19 Penyakit Seribu Wajah dan Seribu Masalah


Oleh : Dr.dr.H.Delyuzar,M.Ked (PA), Sp.PA(K)
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


MMO | MATA MEDIA ONLINE -

PENDAHULUAN :
Virus Corona sudah ditemukan sejak tahun 1960, 10-30% menyebabkan batuk pilek (Commond Cold,Flu). SARS dan MERS-COV juga termasuk Virus jenis Corona juga yang pernah menjadi wajah diberbagai belahan dunia seperti Eropah dan Timur Tengah. Walaupun Virus ini umumnya dapat sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang kuat (self-limiting disease), tetapi sekarang juga menyebabkan kematian.

Virus ini sangat mudah menular dengan tingkat keparahan penyakit rendah karena 80%. gejala yang muncul ringan , 14% gejala menengah/medium, 5% pasien membutuhkan ICU dan ada 1% pasien akhirnya membutuhkan ventilator. Tetapi sekarang pada virus yang mengalami mutasi tingkat penularan meenjadi lebih cepat dan tingkat keparahan juga lebih hebat dari virus aslinya. Banyak orang terinfeksi tetapi tidak menunjukan gejala sama sekali, walaupun gejala Covid-19 sudah sembuh, pasien masih berpotensi menularkan . Virus ini berisiko tinggi pada kelompok rentan dan sampai sekarang belum diketahui pengobatan yang paling tepat .Virus Corona ini bertahan lama di permukaan benda tergantung jenis benda yang ditempatinya.

Hari ini kasus COVID 19 terus meningkat ,data tanggal 8 Agustus 2021 kasus Global secara total 200.106.892 yang menyebabkan 4.246.825 kematian sedangkan Indonesia total kasus 3.639.616 kasus dan seharinya bertambah 31.753 kasus baru perhari yang menyebabkan 105.598 kematian.

Penyakit yang menimbulkan wabah sebagai suatu penyakit yang disebut Pandemi menimbulkan dampak yang luas yang menyebabkan pembatasan berbagai kegiatan, jatuhnya perekonomian, rawan secara politik, dampaknya juga pada penerapan keagamaan dan permasalahan sosial politik lainnya.

PENULARAN :
Menurut WHO, beberapa kemungkinan proses penularan termasuk melalui kontak, transmisi tetesan, udara, fomite (permukaan yang terkontaminasi), fecal-oral,darah, ibu ke anak dan penularan dari hewan kemanusia.

Seseorang akan dapat tertular Covid 19 melalui tidak sengaja menhirup percikan ludah (droplet) ysng keluar pada saat penderita batuk dan bersin. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah menyentuh benda yang terkena cipratan ludah (droplet) penderita COVID 19. Kontak dan jarak dekat serta durasi kontak yang lebih dari 15 menit dapat menularkan virus ini ke orang lain.

GEJALA KLINIS :
Gejala klinis yang sering dijumpai adalah demam 88 %, lemas 38%, panas -dingin 11%, sakit kepala 14 %, batuk kering 68%, batuk berdahak 33% ,sesak nafas 19%, sakit menelan 14%, nyeri otot 15%,hidung tersumbat 5%, mual muntah 5%, diare menceret 4-14%. Selain itu gejala lain yang jarang misalnya konjungtivitis, hilangnya kemampuan mengecap rasa, hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia), serta ruam di kulit.

Virus ini memasuki sel yang diinfeksinya melalui reseptor di permukaan sel yang disebut Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2). Enzyme ini menempel pada permukaan selsel di beberapa organ seperti paru-paru, arteri (pembuluh darah), jantung, ginjal dan usus.

Gangguan pada beberapa organ itulah yang menimbulkan susah bernafas, pecah pembuluh darah di otak,henti jantung, gangguan ginjal sehingga bisa terjadi gagal ginjal bahkan bisa juga diare terutama COVID 19 pada anak-anak.

Banyaknya gejala yang terkadang tidak khas tapi muaranya adalah penderita COVID 19 sering menimbulkan permasalahan sehingga orang yang diduga positif dengan gejala diatas dan dikonfirmasi dengan Swab PCR positif sering disebut masyarakat “dikopitkan oleh Rumah Sakit” sehingga masyarakat takut berobat ke RS dan dokter. Gejala yang bermacammacam inilah yang sering disebut penyakit SERIBU WAJAH. Apalagi bila meninggal tanpa Konfirmasi PCR padahal suspect dengan gejala diatas atau Probable dengan gejala berat tanpa konfirmasi maka penyelenggaraan pemulasaran jenazah secara Protokol Wabah akan menjadi pro dan kontra di masyarakat.

PEMERIKSAAN :
Selain pemeriksaan klinis termasuk riwayat ada kontak erat pada anamnesis dan adanya gambaran gejala klinis, pemeriksaan pencitraan seperti foto Rontgen ditemukannya gambaran Pneumonia berupa GGO (Ground Glass Opaque)dapat mencurigakan suatu Covid 19 tapi dukungan laboratorium seperti Swab PCR merupakan konfirmasi dari Covid 19. Pemeriksaan laboratorium dahulu memakai Test Cepat antibody melalui darah.

Namun kelemahannya bisa menghasilkan False Negatif atau kondisi saat hasil test nampak negatif meski sebenarnya positif. Sekarang telah ada juga Test Cepat Antigen yang akurasinya lebih tinggi dari pada Test Cepat Antibody, karena memeriksa antigen virusnya di-Swab pada hidung atau mulut.

Pemeriksaan yang lebih akurat adalah test PCR (Polymerase Chain Reaction). Material virus ini di amplikasi dengan RT-PCR sehingga bisa dideteksi. Waktunya lebih lama untuk mendapatkan hasilnya karena melalui dua proses yaitu ekstraksi dan amplifikasi. Sekarang juga dipakai Tes Cepat Molekuler (TCM) terutama di rumah sakit yang memiliki sarana TCM . Sebelumnya test ini dipakai untuk mendiagnosis penyakit tuberkulosis dengan berdasarlan pemeriksaan molekuler. Metode pemeriksaan ini melalui cartridge dapat menidentifikasi pada RNA nya virus ini dan hasilnya cepat lebih kurang dua jam sudah selesai.

PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN :
Penelitian untuk pengobatan penyakit ini terus dilakukan. Salah satunya adalah kemungkinan pemakaian antivirus seperti Oseltamivir (Fluvir dan Tamiflu) yang dulu dipakai untuk obat antivirus Influenza tipe A dan B. Obat antivirus yang lain yang banyak diteliti juga adalah Favipiravir dengan nama dagang Avigan yang dulu pernah digunakan sebagai obat eksperimental saat wabah Ebola melanda Afrika Barat dan juga dipakai obat antivirus Influenza. Karena kedua obat ini masih dalam riset maka tidak mutlak harus digunakan walaupun dalam beberapa uji klinis obat anti virus ini memberikan efek menjanjikan pada COVID 19.

Pada COVID 19 sering terjadi infeksi sekunder bakteri sehingga pemakaian antibakteri Azithromycin sering dipakai dalam pengobatan COVID 19. Seharusnya setelah dipastikan memang ada infeksi sekunder dan pada penyakit sedang dan berat baru obat ini diberikan. Sedangkan pada tanpa gejala yangsering disebut OTG (orang tanpa gejala) dan gejala ringan sebaiknya hanya melakukan Isolasi Mandiri dengan mengkomsumsi suplemen Vitamin B dan C,serta Vitamin D disertai mineral Zinc, mengkomsumsi makanan bergizi, olahraga yang teratur disertai istrirahat yang cukup dan berjemur di sinar matahari pagi atau menjelang sore hari.

Kriteria tanpa gejala menurut Kemenkes adalah frekwensi nafas 12-20 kali permenit dan saturasi okseigen lebih dari atau sam dengan 95%. Sedangkan kriteria pasien gejala ringan adalah demam, batuk (biasanya kering dan ringan), kelelahan, tidak selera makan, sakit kepala, nyeri otot dan tulang, sakit tenggorokan atau pilek. Gejala ringan lainnya yakni hidung tidak bisa mencium bau (anosmia), lidah tidak ada rasa saat makan dan minum (ageusia), mual, muntah, sakit perut, diare, mata merah, ruam kulit,, frekwensi nafas 12-20 kali permenit dan saturasi oksigen lebih dari atau sama dengan 95%. Pasien Isolasi Mandiri dapat dilakukan dirumah atau tempat Isolasi Mandiri Khusus yang disediakan pemerintah atau tempat memadai lainnya. Isolasi Mandiri di rumah apabila ada ruang atau kamar tersendiri yang terpisah dengan anggota keluarga lainnya. Isolasi Mandiri di rumah idealnya dilakukan apabila pasien tidak serumah dengan kelompok beresiko tinggi seperti lansia, orang dengan daya tahan tubuh lemah, bayi, dan tidak ada komorbid (diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dll). Masa Isolasi Mandiri pasien tanpa gejala dan gejala ringan minimal 10 hari sejak pengidap positif COVID 19 dan bila tiga hari bebas gejala pada gejala ringan sudah bisa bekerja seperti biasa walaupun idealnya harus dilakukan pemeriksaan Swab PCR ulangan dua kali negative. Sebaiknya Isolasi Mandiri dipantau oleh petugas medis yang disebut Isolasi Mandiri Terpantau sehinga mengetahui apa yang dilakukan setiap hari termasuk monitoring kapan harus segera ke rumah sakit bila terjadi perburukan penyakit.

Pemberian vaksin adalah pencegahan penyakit supaya tidak terjadi gejala yang berat dan idealnya memang mencegah terinfeksi sebagai eradikasi virus ini. Untuk eradikasi virus ini dibutuhkan minimal 70-80% dari populasi sudah divaksin sehingga terjadi Herd Immunity (kekebalan kelompok) yang dapat melindungi orang yang tidak divaksin. Di Indonesia telah ada pemberian vaksin Sinovac, Sinofarm, Pfizer dan Novocastra serta Moderna. Diharapkan vaksin ini masih efektif juga untuk terjadinya mutasi sehingga terjadi varian baru COVID 19 yang lebih cepat menular dan lebih berat terjadi penyakitnya.

Varian baru virus Corona penyebab COVID 19 ini antara lain varian virus corona yang berasal dari Ingeris B.1.1.7 disebut Alpha Varian, Varian Virus Corona Afrika Selatan B.1.351 disebut Beta, Varian virus Corona Brasil P1 disebut Gamma Varian, Varian India B.1.6172 disebut Delta, varian Amerika Serikat B.1.427/B.1.429 disebut Epsilon, Varian virus Corona Brazil P.2 disebut Zeta, Varian B.1.525 disebut Eta, Varian Filipina P.3 disebut Theta, Varian Amerika Serikat B.1.526 disebut Iota dan varian India B.1.617.1 disebut Kappa. Untuk menghindari itu semua tentu caranya adalah memakai masker dengan benar, menjaga jarak, menghindari berkerumun, mengurangi mobilisasi, menghindari makan bersama karena akan membuka masker, dan selalu mencuci tangan pakai sabun atau handsanitizer.

Tugas pemerintah tentu melakukan Testing sebanyak banyaknya, melakukan Tracing bagi yang kontak erat, menyediakan Treatment baik ruang isolasi, ICU yang cukup dengan ventilator yang dikenal dengan 3T.

Prinsip 3M, iMan tetap berdoa agar wabah ini segera berakhir dan kita dilindungi Allah SWT, aMan dengan protokol Kesehatan yang disebut diatas dan selanjutnya iMun dengan cara meningkatkan kekebalan tetap optimis tidak takut yang berlebihan, makan makanan bergizi, olah raga dan istirahat yang cukup dan selalu bahagia akan mencegah penyakit Covid 19 ini menimpa kita dan semoga Allah segera mengakhiri segera Pandemi ini. [red.mms]

Subscribe to receive free email updates: