Email Hosting

Nilai - Nilai Tradisi dan Budaya Keraton Surakarta Sebagai Elemen Pengguat Jatidiri Bangsa


Oleh : KP. Prof.Dr.H.Paiman Raharjo,M.M,M.Si
MMO | www.matamedia.online JAKARTA - Pada era globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia sedang mengalami berbagai keterpurukan karena tidak memegang teguh jatidiri bangsa ( nations characters building). Ada yang berpendapat jatidiri bangsa dan budaya bangsa seperti dua sisi mata uang yang tidak mungkin terpisahkan, karena nilai paramater dari jatidiri suatu bangsa adalah budaya bangsa itu sendiri.

Banyak orang Indonesia yang tidak mencerminkan kepribadiannya sebagai orang Indonesia, dan banyak orang Jawa yang tidak mencerminkan kepribadiannya sebagai orang Jawa. Hal tersebut menggambarkan lunturnya budya bangsa sebagai jatidiri bangsa di negeri ini.

Untuk membangun kembali jatidiri bangsa diperlukan kebersamaan dan kegotong-royongan semua elemen masyarakat. Melalui pendidikan dan kebudayaan, diharapkan dapat menjadi elemen utama penggerak dalam membentuk karakter generasi muda yang mau mengerti dan memahami budaya bangsa. Semua unsur lapisan masyarakat, perlu turut berperan dalam menggali dan merumuskan nilai-nilai luhur/jatidiri bangsa, yang bersumber dari kehidupan sosial budaya masyarakat.

Jatidiri bangsa Indonesia adalah identitas bangsa Indonesia yang menjadi pemberi semangat demi kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Jatidiri bangsa Indonesia dapat diidentifikasikan melalui citra budaya dan peradaban bangsa indonesia yang telah ada sebelum bangsa ini ada dan merdeka.

Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai luhur/jatidiri bangsa Indoneia terdapat dalam dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Pancasila, yang merupakan pengejawantahan dari konsep religiositas,humanitas,rasionalitas,sove-reinitas dan sosialitas. Membangun jatidiri bangsa Indonesia berarti membangun jatidiri setiap manusia Indonesia, yang tidak lain adalah membangun manusia pancasila. Jatidiri akan menampakkan wajahnya dalam bentuk sikap dan perilaku subyek, individu atau entitas terhadap tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.

Untuk membangun jatidiri bangsa dapat dilakukan melalui budaya, pendidikan karakter dan sopan santun berbahasa. Sedangkan sikap dan perilaku bangsa bisa dilakukan melalui pendidikan karakter baik kalutas mental atau moral. Pendidikan karakter dapat dilakukan melalui sikap-sikap seperti: keteladanan; penanaman kedisiplinan; pembiasaan berbuat baik; menciptakan suasana yang kondusif; integrasi dan internalisasi.

Dikaitkan dengan Keraton Surakarta Hadiningrat yang diyakini masyarakat Jawa sebagai pusering tanah jawi dan sumbering budaya jawi (titik pusat dan sumber budaya jawa). Tradisi literasi atau tedhak sungging (penyalinan naskah) sebagai salah satu ekspresi budayanya bisa dirunut pada sejak masa awal berdirinya dinasti penerus Mataram Islam.Ratu Pakoe Boewono I (1657M-1732M) permaisuri PB I/Pangeran Puger, seorang sufi perempuan dan nenek PB II adalah tokoh penting yang mensponsori kembali karya-karya Sultan Agung seperti Kitab Usulbiyah, Carita Yusuf,Carita Sultan Iskandar,dn karya beliau sendiri Suluk Garwa Kancana (bertarikh tahun 1729-1730 M), dan tradisi ini terus dipertahankan termasuk nilai-nilai luhur/jatidiri bangsa Indonesia. Tradisi dan kebudayaan yang masih dilestarikan yang memiliki nilai luhur antara lain :

1. Ritual Kalahayu.
Mengadakan sesaji berbetuk gunungan yang isinya berupa hasil bumi seperti bauah-buahan,kacang-kacangan, padi dan rempah-rempah, setelah prosesi selesai, sesaji dibagikan kepada masyarakat yang hadir.

2. Grebeg Maulud.
Merupakan bagian dari tradisi sekaten di Surakarta, yang bertujuan memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepda Allah SWT. Acara dmulai dari kirab gunungan dari Keraton Kasunan Surakarta menuju Masjid Agung. Setelah selesai prosesi, masyarakat diperkenankan merebutkan isi gunungan tersebut.

3. Grebeg Sudiro.
Grebeg Sudiro merupakan pepaduan budaya jawa dan Tionghoa. Peryaan grebeg sudiro hampir mirip sekaten, hanya gunungan dalam ritual ini berupa susunan kue keranjang. Gunungan diarak ke kawasan Sudiroprajan dengan diringi kesenian tradisional, dan selesai prosesi selesai, masyarakat diperkenankan merebutkan isi gunungan tersebut :

4.Kirab 1 Suro.
Satu Suro atau Muharam, tanggal yang dianggap sakral oleh masyarakat Solo. Tepat di tanggal ini tahun baru islam di mulai. Peringatan ini berupa kirab 1 Suro di Keraton Surakarto dan puro Mangkunegaran. Saat kirab berlangsung peserta ritual mengelilingi kota sejauh 3 kilometer. Salah satu hal yang unik dari Kirab 1 Suro yakni kehadiran kebo bule yang merupakan keturunan Kiai slamet yang menjadi pemuka kirab, dan dibelakang kebo bule terdapat barisan abdi dalem keraton dengan busana adat jawa

5. Upacara Adat Mahesa Lawung.
Upacara Mahaesa Lawung diadakan setiap hari senin atau Kamis di bulan Jumadilakhir. Prosesi dilakukan oleh para abdi dalem keraton. Kemudian pemuka adat keraton membacakan doa, stelah itu semua peserta ritual membawa sesaji makanan dan kepala kerbau ke Alas Krendhowahono dengan jarak dari Keraton Surakarto 15 kilometer. Peserta ritual,meletakkan sesaji di area pepunden Alas Krendhowahono. Usai acara peletakkan kepala kerbau, adat Mahesa Lawung di tutup dengan makan bersama.

6.Upacara Jumenangan
Jumenengan adalah tradisi dalam rangka memperingati naiknya tahta seseorang raja yang digelar setiap tahun di Keraton Surakarta Hadiningrat.

Dari beberapa tradisi dan kebudayaan yang dilestarikan tersebut, intinya dimaksudkan untuk memperkuat membangkitkan jatidiri bangsa melalui pengejawantahan konsep religiositas, humanitas, rasionalitas,sove-reinitas dan sosialitas, yaitu: Ketuhan Yang Maha Esa; Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab; Persatuan Indonesia; Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan, Dalam Permusyawaratan Perwakilan; serta Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. [red.zuhdi]

Subscribe to receive free email updates: